Adapun penyebab sikap ghuluw orang-orang yahudi terhadap ‘Uzair adalah karena mereka melihat dari mukjizat-mukjizat yang terjadi pada ‘Uzair seperti penulisan kitab Taurat dengan hafalannya setelah Taurat dihapus dari dada-dada orang Yahudi, serta keadaan ‘Uzair yang hidup kembali setelah wafat seratus tahun lamanya. Lalu untuk setelah akal mereka sempit untuk membedakan perbuatan dan kekuasaan Allah dengan kemampuan manusia yang terbatas, maka untuk menyadarkan hal tersebut kepada ‘Uzair dan mereka menyatakan bahwa ‘Uzair adalah anak Allah sebagaimana Ibnu Abbas menyatakan : sesungguhnya mereka (orang—orang Yahudi) menyatakan demikian (‘Uzair anak Allah) karena mereka tatkala mereka mengamalkan sesuatu amal yang tidak benar, Allah menhapus Taurat dari dada-dada mereka.’Uzairpun berdoa kepada Allah. Tatkala itu kembalilah Taurat yang sudah dihapus dari dada-dada mereka turun dari langit dan masuk ke dalam bathin ‘Uzair. Kemudian ‘Uzair menyuruh kaumnya seraya berkata “Allah telah memberi Taurat kepadaku.” Maka serta merta mereka mengatakan : “ tidaklah Taurat itu diberikan kecuali karena dia anak Allah.” Sedangkan dalam riwayat lain beliau berkata: Bakhtanshar ketika menguasai Bani Israil telah menghancurkan Baitul Maqdis dan membunuh orang-orang yang membaca Taurat. Waktu itu ‘Uzairmasih kecil sehinggadia dibiarkan (tidak dibunuh). Dan tatkala ‘Uzair wafat di Babil seratus tahun lamanya kemudian Allah membangkitkan serta mengutusnya kepada Bani Israil, beliau berkata: “Saya adalah ‘Uzair. ” merekapun tidak mempercayainya seraya menjawab: “Nenek moyang kami mengatakan bahwa ‘Uzair telah wafat di Babil, dan jika engkau benar-benar adalah ‘Uzair, diktekanlah Taurat kepada kami. Maka ‘Uzair pun menuliskannya. Melihat hal itu mereka menyatakan: “Inilah anak Allah.” (Zadul Masi’ir Fii ‘Ilmi At-Tafsir, oleh Ibnul Jauzi juz 3 hal 423-424).
Riwayat kedua ini menyatakan bahwa ‘Uzair adalah seorang Nabi dari para Nabi Bani Israil. Setelah beliau meninggal seratus tahun lamanya Allah membangkitkannya sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
“Atau apakah kamu tidak (memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “ Bagaimana Allah menhidupkan kembali negeri yang telah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahu kemudian menghidupkan kembali. Allah bertanya: “ Berapa lama kamu tinggal disini.” Ia menjawab: “Saya telah tinggal disini sehari atau setengah hari.” Allah berfiman:” Sebenarnyakemu telah tinggal disini seratus tahun lamanya. Lihatlah makana dan minumanmu yang belum lagi berubah, dan lihatlah keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang), Kamu akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia ; dan lihatlah tulang belulang itu, kemudian Kami menyusunnya kembali kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang mati) diapun berkata: ”Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Al-Baqarah: 259)
Demikianlah asal usulorang-orang Yahudi menamakan ‘Uzair sebagai anak Allah. Adapun perkataan orang-orang Nashrani bahwa Isa anak Allah atau Allah, ada dua sebab. Pertama karena Isa lahir tanpa bapak. Dan kedua karena dia mampu menyembuhkan orang buta dan bisu serta menghidupkan orang mati atas izin Allah. (Kitab Mahabbatu ar-Rasul hal. 155).
Yang menyatakan demikian bukanlah shahabat-shahabat Nabi Isa sendiri, melainkan orang-orang yang ghuluw dari kalangan Nashrani setelah wafat beliau. Setelah selang beberapa waktu mereka menjadi musyrik karena perkataan mereka itu. Allah telah membatah serta menerangkan sangkaan mereka yang tanpa dalil tersebut, yang menyebabkan mereka kafir. Allah berfirman:
“Sungguh telah kafir orang-orang yang berkata: sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera maryam….
(Al-Maidah: 72-73)
Siksaan yang pedih di akhirat merupakan balasan orang-orang yang menyatakan bahwa Isa adalah putra Allah atau Isa adalah Allah.Dan mereka termasuk orang-orang kafir dan akan kekal dineraka. Mereka tidak mengetahui bahwa Isa adalah hanyalah seorang Rasul, dan dia hanyalah orang biasa yang dimuliakan dengan beberapa kekhususan, sebagaimana firman Allah :
Ta’ala: “Al-masih putra maryan itu hanyalah Rasul, yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya para Rasul, dan ibunya seorang benar, keduanya biasa memakan makannya…”
(Al-Maidah:75)
Demikianlah umat-umat terdahulu terjebak ke dalam jurang dosa yang sangat dalam yaitu kesyikiran disebabkan sikap ghuluw mereka orang-orang shalih. Kerusakan seperti ini tak kunjung berhenti dan akan terus berulang sebagaimana yang telah disabdakan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihim wasallam bahwa umat ini akan meniru peradaban kaum-kaum sebelumnya. Beliau bersabda:”benar-benar kalian akan mengikuti sunnah-sunnah [jalan-jalan] orang-orang sebelum kalian, sejenggal demi sejenggal dan sehasta demi sehasta sampai kalau mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kamu akan mengikuti mereka. Kami [shahabat] bertanya:”wahairasulullah,yuhadi dan nashrani?”beliau menjawab: “siapa lagi? “[hr.bukhari dan muslim].dan kita harus meyakini hadits ini bahwa umat ini akan mengikuti sunnah-sunnah umat-umat sebelum mereka seperti sikap ghuluw yahudi dan nashara. Hal ini telah terjadi di masa kekhalifahan ali bin abi thalib.
(Al Ustadz Zuhair Syarif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar