"Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata"
QS. Yasin : 12
Apa yang kita peroleh dengan mendekatkan diri pada Allah SWT dan apa yang sesungguhnya telah kita dapatkan tatkala kita ada diantara penyesatan yang dilakukan setan?
Seandainya kita dapat mengibaratkannya dengan selayaknya menabung, mungkin inilah yang kita dapatkan apabila kita mendekatkan diri pada Allah....Hasil yang kita rasakan justru ada pada saat akhir perjalanan hidup kita kemudian hari, ada ketenangan luar biasa yang akan kita dapatkan dari pada kepuasan sesaat tatkala kita mengarungi samudera kehidupan yang gelombangannya telah kita ciptakan sendiri.
Semuanya akan berbanding terbalik saat kita menurut apa yang setan telah bisikan kedalam dada-dada manusia dengan penyesatannya. Apa yang kita dapatkan hari ini dengan serta merta akan kita habiskan untuk hari ini tanpa pernah terpikirkan adanya hari esok, dengan dalih hari esok gimana nanti saja. Namun saat tersadar hidup tinggal hitungan hari barulah dapat kita rasakan kita telah jauh melewatkan hidup tanpa mendapatkan bekal di perjalanan hidup berikutnya. Tersadar dalam penyesalan yang terlambat bahwasanya tak ada bekal yang cukup untuk kita bawa kelak dalam perjalanan hakiki.
"Maka apakah orang yang dijadikan (oleh setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik?"
Fathir : 8
Jika kita berbicara masalah ketenangan jiwa maupun bathin kita kedua memiliki kesamaan, yaitu sama-sama membawa ketenangan. Yang berbeda adalah sifatnya saja, dimana ketenangan yang kita peroleh tatkala kita mendekatkan diri pada ada Allah adalah ketenangan tanpa ada perasaan takut seandainya sewaktu-waktu semuanya harus berakhir dalam hidup. Sedang ketenangan yang kita peroleh saat kita dalam buaian setan adalah ketenangan semu dan sesaat, kemudian berakhir dengan penyesalan berkepanjangan.
" Katakanlah, 'Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?' Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan dia menyangka bahwa berbuat sebaik-baiknya."
Al-Kahfi : 103-104
Maka dari itu marilah kita untuk sesegera mungkin menyadarkan diri kita apakah selama ini tindakkan ataupun perbuatan kita sudah sesuai dengan hati nurani kita atau sekedar meyakini kalau pekerjaan itu baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar