Temaram senja mulai meredup bergegas pasti meninggalkan hari menuju keperaduannya. Matahari berlahan menghilang dibalik dinding kegelapan. Sinarnya tak lagi terik seakan hendak memberi kabar bila malam akan segera mengganti peranannya. Malampun akan segera beranjak naik menebarkan janji-janji mimpi menggantikan hari yang terlewati. Menebar mimpi tentang keindahan dalam pelukan hangat bidadari cinta saat dingin merejam tulang-tulang rapuh dan mengerutkan kulit-kulit tipis para nestapa. Aromanya pun begitu semerbak menyeruak dalam pikiran. Malam juga telah mengendurkan semangat setiap hati para insan yang semula berkobar dan melemahkan sayap-sayap yang telah terkepak.
Sesaat itu akupun tersentak dari lamunan. Angin waktu telah menggugahkan aku dari banyangan semu yang terus mengikuti langkah demi langkahku. Tersadar betapa aku kini tengah berdiri di persimpangan jalan. Berdiri dipersimpangan disaat aku dalam ketidak-siapanku untuk tentukan kemana arah yang sebenarnya hendak aku tempuh hari esok demi aku dan buah cinta yang telah terjalin selama ini. Salahku yang baru tersadar betapa hari-hariku kini telah menjelang senja. Semestinya sedari mula aku merapikan hari sehingga aku mampu tertidur dalam kehangatan malam tanpa harus membangunkanku dengan mimpi- mimpi buruk tatkala malam melingkupi hari. Entah karena kebodohanku atau karena keadaan yang membuat aku tak bergeming disaat hari yang aku jalani telah meninggalkan jejak-jejak waktu. Buain hari-hari yang selama ini aku jalani telah hanyutkan aku dalam pesona gegap gempita dan kegemerlapan. Kegemerlapan yang tak pernah terpuaskan bahkan tak pernah mampu melepaskan dahaga-dahagaku namun telah membuat aku terlena. Terlena tanpa aku sadari bahwa sesungguhnya semua akan berakhir pada masanya. Sulit dipungkiri bahwa akhirnya akupun harus tetap hidup diatas rel-rel nasib dan takdir yang telah tergariskan agar mimpi yang aku jalani menjadi kenyataan yang penuh pesona keindahan dikemudian hari bersama orang-orang tercinta.
Kini sudah saatnya aku harus berdiri bergegas untuk segera menebar bibit-bibit mimpi agar aku nantinya mampu menuai pesona keindahan bunga-bunga yang telah aku semai. Terima kasih Tuhan, Engkau telah sadarkan aku dari betapa buruknya perilakuku dalam menghargai waktu. Demi orang-orang yang senantiasa hadir dalam kehidupan bathinku aku akan berjanji untuk merubah perilakuku dalam menghargai waktu. Kinipun aku sadar bahwa,“ Kehidupanku terdiri dari beberapa napas. Ketika satu napasku berlalu, sebagian dari umurku telah berlalu “.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar