Kala pertama kali bertemu denganmu, “Gadis Berpita Biru”. Wajahmu berseri-seri penuh pesona menebarkan berjuta aura kasih bagi siapa saja yang memandangmu, tak terkecuali diriku yang tengah dirundung rindu akan kasih. Akupun masih teringat betapa indah matamu dari cara kau memandang diriku begitu juga dengan senyum manismu yang mampu menggetarkan hati serta sanubariku kala senyum itu terarah padaku.
Aku tak tahu mesti harus bagaimana. Antara aku dan kamu hanya saling berpandang mata dan berbalas senyum tanpa ada satu kata pun terucap dari bibir ku dan bibir mungil nan manismu. Jujur hati ingin aku merengkuh tubuhmu hingga mampu kurasakan aroma wangi tubuhmu seraya kubelai mesra lebut rambutmu sampai kau terlelap di bahuku.
Tapi apalah diriku yang hanya mampu berharap namun tak mampu kuwujudkan setiap impian bersamamu. Apalah dayaku yang hanya meratapi setiap keinginan yang tak mampu ku gapai akan dirimu. Namun biarlah kau tetap menari-nari dengan keindahan-keindahan atas dirimu. Aku akan tetap merasakan setiap keindahan-keindahan itu sampai kapanpun aku mau walau engkau tak mungkin bersamaku.
Namun disaat aku terlena oleh keindahanmu tiba-tiba engkau menangis tersedu-sedu. aku tak tahu apa yang sebenarnya yang terjadi pada dirimu. Adakah luka dalam dirimu hingga membuatmu galau? Adakah aku sanggup untuk mengobati kerisauan dalam benakmu? Namun sayang engkaupun itu berlalu tak lama setelah ibumu datang merengkuh dan mengendongmu. Dan saat itu pula berakhir sudah kisahku dengan Gadis Berpita Biru.
Namun disaat aku terlena oleh keindahanmu tiba-tiba engkau menangis tersedu-sedu. aku tak tahu apa yang sebenarnya yang terjadi pada dirimu. Adakah luka dalam dirimu hingga membuatmu galau? Adakah aku sanggup untuk mengobati kerisauan dalam benakmu? Namun sayang engkaupun itu berlalu tak lama setelah ibumu datang merengkuh dan mengendongmu. Dan saat itu pula berakhir sudah kisahku dengan Gadis Berpita Biru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar