Ini bukan sebuah prediksi ataupun berita makar, namun sungguh sayang dengan apa yang kerap terjadi belakangan ini di bumi Indonesia, banyak terjadi kerusuhan antar kampung yang tidak pernah jelas apa duduk permasalahan yang menjadi penyebabnya. Bahkan sangat tidak masuk diakal karena hanya masalah sepele sampai-sampai harus nyawa dan harta sebagai taruhannya. Yang menjadi pertanyaan kita adalah :
- Dimana dan masih adakah nurani ?
- Seberapa penting kah sebuah harga diri sehingga resiko tak pernah lagi diperhatikan ?
- Apakah membunuh sudah menjadi keharusan tanpa pernah perduli bagaimana nasib anak dan istri kita kalau hal itu terjadi pada diri kita ?
- Apakah sudah tak ada orang pintar diantara keduanya sehingga hantam kromo menjadi jalan terakhir untuk menyelesaikan setiap masalah yang timbul ?
- Dan sampai kapankah semua ini akan berakhir atau ini hanya sebuah awalan yang tak pernah kita tahu bagaimana kelak akhirnya ?
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pada awal Juni tahun ini harga BBM bersudsidi rencananya akan segera naik sebagai dampak dari naiknya harga dasar minyak dunia, yang di sebabkan oleh konflik Timur Tengah yang memanas antara Iran dengan Israel-Amerika. Kenaikan harga tersebut dimaksudkan untuk menghindari negara dari kebangkrutan yang sebabkan oleh besarnya dana talangan yang harus dikeluarkan pemerintah untuk menalangi subsidi BBM tersebut dengan alih-alih bahwa subsidi akan dialokasikan pada kepentingan rakyat yang lain dan lebih tepat sasaran dibandingkan untuk minyak. Alasan yang sangat tepat namun belum saatnya. Belum saatnya bagi pemerintah kita untuk menaikkan harga BBM itu. Karena dampak yang akan timbul akan sangat kursial bagi seluruh aspek kehidupan masyarakat kita yang notabenenya masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Harga BBM naik memang sudah harga mati atau tidak bisa ditawar-tawar lagi. Namun sedikitlah kita perhatikan kondisi masyarakat negeri ini sekarang dimana jumlah penduduk menengah kebawah jauh lebih banyak ketimbang penduduk menengah keatas. Dalam kondisi seperti inilah sesungguhnya hal yang sangat riskan memicu terjadinya setiap tindak kriminal maupun kerusuhan, karena perbedaan sosial ekonomi yang sangat mencolok diantara keduanya....Sebab terjadinya bentrok antar penduduk belakangan ini lebih disebabkan oleh masalah Sosial Ekonomi masyarakat kita yang rendah. Coba kita perhatikan dimana setiap terjadinya kerusuhan antar penduduk sudah dapat dipastikan bukan dikawasan elit...dan itupun bukan antar mereka-mereka yang kondisi ekonominya lebih matang.
Yang kita takutkan selanjutnya apabila harga BBM akan tetap dinaikan harganya akan menambah pula jumlah penduduk dengan status sosial menengah kebawah karena seiring naiknya harga BBM sudah barang tentu berakibat naik pula seluruh harga namun tidak sebanding dengan nafkah yang didapatkan. Hal tersebut akan lebih pula membuat orang stress, depresi, berubahnya karakter kearah negatif karena tekanan ekonomi yang tak kunjung mereda hingga sangat tidak tertutup kemungkinan memudah kan orang tersulut apabila terjadi isu-isu yang meresahkan.
Apakah tidak lebih dan bijaksana kalau harga BBM ditunda dulu sampai batas waktu yang semuanya jadi lebih memungkinkan untuk dinaikkan. Untuk menyikapinya adalah dengan melakukan pembatasan secara berkala pada sisi penjualan BBM maupun pada sisi pengisian BBM tersebut berdasarkan kuota kendaraan dan daerah SPBU. Selain itu juga ketegasan dari pemerintah untuk mengawasi lalulintas pengadaan maupun distribusinya karena dengan itu akan dapat meminimalisir terjadi penyelewengan maupun aksi suap demi jumlah kuota distribusi. Akibat dari minimnya kuota BBM maupun jatah pengisian diharapkan masyarakat akan lebih terbiasa mengisi BBM nonsubsidi yang selebihnya dapat menbuat masyarakat kita menjadi lebih bijak dalam menyikapi naiknya harga BBM maupun penggunaan dari BBM tersebut pada kendaraan mereka.
Harga BBM naik memang sudah harga mati atau tidak bisa ditawar-tawar lagi. Namun sedikitlah kita perhatikan kondisi masyarakat negeri ini sekarang dimana jumlah penduduk menengah kebawah jauh lebih banyak ketimbang penduduk menengah keatas. Dalam kondisi seperti inilah sesungguhnya hal yang sangat riskan memicu terjadinya setiap tindak kriminal maupun kerusuhan, karena perbedaan sosial ekonomi yang sangat mencolok diantara keduanya....Sebab terjadinya bentrok antar penduduk belakangan ini lebih disebabkan oleh masalah Sosial Ekonomi masyarakat kita yang rendah. Coba kita perhatikan dimana setiap terjadinya kerusuhan antar penduduk sudah dapat dipastikan bukan dikawasan elit...dan itupun bukan antar mereka-mereka yang kondisi ekonominya lebih matang.
Yang kita takutkan selanjutnya apabila harga BBM akan tetap dinaikan harganya akan menambah pula jumlah penduduk dengan status sosial menengah kebawah karena seiring naiknya harga BBM sudah barang tentu berakibat naik pula seluruh harga namun tidak sebanding dengan nafkah yang didapatkan. Hal tersebut akan lebih pula membuat orang stress, depresi, berubahnya karakter kearah negatif karena tekanan ekonomi yang tak kunjung mereda hingga sangat tidak tertutup kemungkinan memudah kan orang tersulut apabila terjadi isu-isu yang meresahkan.
Apakah tidak lebih dan bijaksana kalau harga BBM ditunda dulu sampai batas waktu yang semuanya jadi lebih memungkinkan untuk dinaikkan. Untuk menyikapinya adalah dengan melakukan pembatasan secara berkala pada sisi penjualan BBM maupun pada sisi pengisian BBM tersebut berdasarkan kuota kendaraan dan daerah SPBU. Selain itu juga ketegasan dari pemerintah untuk mengawasi lalulintas pengadaan maupun distribusinya karena dengan itu akan dapat meminimalisir terjadi penyelewengan maupun aksi suap demi jumlah kuota distribusi. Akibat dari minimnya kuota BBM maupun jatah pengisian diharapkan masyarakat akan lebih terbiasa mengisi BBM nonsubsidi yang selebihnya dapat menbuat masyarakat kita menjadi lebih bijak dalam menyikapi naiknya harga BBM maupun penggunaan dari BBM tersebut pada kendaraan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar