Saya tidak dapat menjamin keberhasilan dalam menyikapi menikmati hidup dalam kesulitan/kegagalan tapi mungkin dari cerita dibawah ini kita dapat mengambil sebuah gambaran tentang bagaimana caranya Menikmati hidup dari kesulitan ataupun kegagalan.
Ny. Vivied terlahir dari keluarga sederhana dipinggiran sebuah kota kecil. Kesulitan hidupnya dimulai sejak kepergian Ayah tercintanya untuk selamanya. Kondisi keluarga yang belum cukup mapan itu terguncang hebat sepeninggal orang yang bertanggung jawab penuh akan masa depan keluarga dengan 9 orang anak itu. Ny. Vivied kecil harus berbagi makanan dan tempat tidur dengan saudara-sudaranya yang lain, karena keadaan yang luar biasa sulit itu Nyonya Vivied kecil sering harus tidur dengan menahan lapar dan dinginnya malam tanpa selimut. Bahkan terfikir dalam benak Ny. Vivied akan kah ada hari esok untuk dia dan keluarganya.
Hingga saat menginjak masa remaja Ny. Vivied merantau ke kota besar dengan satu keinginan agar kehidupannya akan berubah. Dan memutuskan untuk menikah dengan seorang perjaka yang di cintainya. Namun harapan untuk bisa hidup bahagia bersama dalam keluarga itupun pupus lantaran suami Nyonya Vivied memiliki perangai yang kasar terhadapnya maupun terhadap keenam orang anaknya hingga Ny. Vivied pun bercerai dengan suaminya tersebut. Dalam kehidupan Ny. Vivied selanjutnya, Ny. Vivied begitu terpukul karena dia harus terpisah dengan anak-anaknya karena keadaan ekonomi yang tidak menunjang untuk menghidupi mereka semua. Karena kesedihan, ketakutan dan dendam yang dirasakannya Ny. Vivied menderita penyakit paru-paru dan syaraf yang menyerang kelopak mata kirinya. Sehingga Ny. Vivied terpaksa harus menjalani terapi serius karena penyakit-penyakit yang dideritanya.
Sampai pada saatnya Ny. Vivied menyadari kekeliruannya, dan mulai saat itu dia pasrahkan segalanya pada Allah SWT bahwasannya semua itu adalah kehendak-Nya, baginya tak ada yang perlu di takutkan dan dirisaukan lagi, semua telah cukup dan tak perlu Ny. Vivied merasakan penderitaan yang berkepanjangan. Kemudian secara bertahap pula Ny. Vivied mulai membuang rasa takut maupun kegalauan yang sebelumnya selalu menghantui parjalanan hidupnya dan menjalani hari-harinya dengan ibadah disamping kesibukannya sehari-hari yang lain. Akhirnya sekarang Ny. Vivied dapat hidup normal kembali dan bahkan dia sudah tidak ingat lagi bahwa Ny. Vivied pernah mengalami sakit paru-paru. Sampai-sampai Ny. Vivied tetap saja tenang dan tabah mesti pun dia harus kehilangan untuk selamanya suami dan seorang anak dari pernikahan yang keduanya karena penyakit. Dan kini dimasa yang sudah senja Ny. Vivied menjalani kehidupannya dengan ceria bersama cucu dan seorang anaknya.
Sampai pada saatnya Ny. Vivied menyadari kekeliruannya, dan mulai saat itu dia pasrahkan segalanya pada Allah SWT bahwasannya semua itu adalah kehendak-Nya, baginya tak ada yang perlu di takutkan dan dirisaukan lagi, semua telah cukup dan tak perlu Ny. Vivied merasakan penderitaan yang berkepanjangan. Kemudian secara bertahap pula Ny. Vivied mulai membuang rasa takut maupun kegalauan yang sebelumnya selalu menghantui parjalanan hidupnya dan menjalani hari-harinya dengan ibadah disamping kesibukannya sehari-hari yang lain. Akhirnya sekarang Ny. Vivied dapat hidup normal kembali dan bahkan dia sudah tidak ingat lagi bahwa Ny. Vivied pernah mengalami sakit paru-paru. Sampai-sampai Ny. Vivied tetap saja tenang dan tabah mesti pun dia harus kehilangan untuk selamanya suami dan seorang anak dari pernikahan yang keduanya karena penyakit. Dan kini dimasa yang sudah senja Ny. Vivied menjalani kehidupannya dengan ceria bersama cucu dan seorang anaknya.
" Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali agar
mereka hanya beribadah/menyembah hanya kepada Allah
saja, mengikhlaskan ketaatan pada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan hanif (lurus), agar mereka mendirikan shlat menunaikan zakat, demikian itulah agama yang lurus". (QS Al Bayyinah: 5)
Lain cerita tentang seorang pemuda yang sebenarnya cukup kuat dengan segala kesempurnaan yang telah Allah ciptakan baginya, dari wajah maupun perawakan. Namun sayangnya sebagian besar waktu dalam hidupnya telah didedikasikannya hanya untuk mengeluh atau meratapi nasib. Dia keluh kan segala yang dialaminya dari masalah pekerjaan, rumah tangga, rekan sekerja, bahkan hujan yang turunpun tak mampu membuatnya bahagia.
Karena kebiasaanya tersebut, dia telah melupakan hal-hal yang terpenting dalam kehidupan, dan hal-hal penting lainnya yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Dia merasa telah melakukan segala hal namun tak ada yang pernah bisa mengertikannya. Sungguh tragis kehidupan yang telah dipilihnya tersebut.
Karena kebiasaanya tersebut, dia telah melupakan hal-hal yang terpenting dalam kehidupan, dan hal-hal penting lainnya yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Dia merasa telah melakukan segala hal namun tak ada yang pernah bisa mengertikannya. Sungguh tragis kehidupan yang telah dipilihnya tersebut.
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat
keluh kesah dan kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir,
kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalat".
(QS Ma'arij: 19-22)
Sederhananya adalah kalau kita memperhatikan para tunawisma. Mengapa mereka terlihat ceria meskipun hidup dalam keterbatasan, serba kekurangan, serta hidup dalam kehampaan ? Karena mereka mampu melawan rasa takut dan gundah akan hal yang belum tentu terjadi. Perasaan merdeka dan keberanian menjalani hiduplah yang telah menepis segala penyakit yang disebabkan oleh hati dan perasaan itu.
Maka marilah kita mencoba untuk membebaskan pikiran kita dari hal-hal yang membelenggu. Merdekakanlah perasaan kita dengan tetap konsisten untuk berpikiran positif akan segala hal yang kita jalani ini demi kebahagian dan kesehatan kita sekarang dan nanti. Pasrahkan hidup kita pada Allah semata dengan beribadah hanya kepada-Nya, dan senantiasa menyadari bahwa semua ini adalah bagian dari sekenario-Nya demi kebahagiaan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar