Anak-anak ku...ada ketenangan dan keteduhan jiwa yang dalam terpancar dari wajah lugu mu tatkala kulihat kau tertidur pulas dalam dekapan dinginnya malam. Hari-hari yang melelahkan telah kau lewati dengan kenakalan-kenakalan mu, canda tawamu, dan kecerianmu.
Namun dibalik keluguan dan keteduhan hati itu aku rasakan ada kegetiran yang aku rasakan karena kebodohanku dalam menyikapi kenakalan yang telah kau lakukan. Maafkan Ayah atas kebodohan ini, maafkan Ayah yang salah menyikapi tingkahmu, maafkan Ayah yang lupa kalau kau masih " Anak Kecil " yang tak mungkin aku paksakan menjadi orang lain. Lain dunia ku lain pula dunia yang harus kau jalani, tak mungkin aku samakan dengan yang harus aku hadapi. Aku ingat kalau kau harus menjadi dirimu sendiri.
Aku masih ingat peristiwa lalu saat aku pukul tubuhmu karena kau rewel yang membuat Ayah kesal. Kau pun menangis karena keinginan mu yang tak mampu ku penuhi juga karena rasa sakit yang kau rasakan. Namun selang tak berapa lama setelah tangismu mereda kau tersenyum padaku dan memelukku seraya memanggil " Ayah...", kau pun memeluk ku.
Aku pun sering memandang rendah dirimu sebagai seorang anak yang tak mampu mandiri, bahkan tak jarang pula aku sering mengendurkan semangatmu dengan kata-kata rendahan. Bahkan aku pernah memaki mu saat kau terjatuh dari sepeda saat kau belajar menaikinya, kau terluka namun kau tetap belajar hingga kau benar-benar dapat mengusainya.
Demi Tuhan...aku telah salah menilai semuanya, ternyata tubuh mungil mu telah mengajarkan banyak sekali pelajaran tentang hidup. Betapa kau telah mengajarkanku tentang kegigihanmu tanpa perasaan putus asa, ketulusan hati mu yang tak pernah kau mendendam...terima kasih anak-anak ku....
Aku masih ingat peristiwa lalu saat aku pukul tubuhmu karena kau rewel yang membuat Ayah kesal. Kau pun menangis karena keinginan mu yang tak mampu ku penuhi juga karena rasa sakit yang kau rasakan. Namun selang tak berapa lama setelah tangismu mereda kau tersenyum padaku dan memelukku seraya memanggil " Ayah...", kau pun memeluk ku.
Aku pun sering memandang rendah dirimu sebagai seorang anak yang tak mampu mandiri, bahkan tak jarang pula aku sering mengendurkan semangatmu dengan kata-kata rendahan. Bahkan aku pernah memaki mu saat kau terjatuh dari sepeda saat kau belajar menaikinya, kau terluka namun kau tetap belajar hingga kau benar-benar dapat mengusainya.
Demi Tuhan...aku telah salah menilai semuanya, ternyata tubuh mungil mu telah mengajarkan banyak sekali pelajaran tentang hidup. Betapa kau telah mengajarkanku tentang kegigihanmu tanpa perasaan putus asa, ketulusan hati mu yang tak pernah kau mendendam...terima kasih anak-anak ku....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar