Hari ini minggu, pukul 19.30 wib. dengan perasaan gundah aku tinggalkan rumah kontrakanku untuk memenuhi kewajibanku sebagai kepala keluarga, bagaimana tidak baru aku hendak parkirkan vespa tuaku, vespa tuakurusak bagian standarnya. dengan terpaksa aku harus mengikatnya agar aku bisa berangkat dan tidak terlambat sampai di kerjaan. entah bagaimana aku hingga aku terus saja mengupat dan merasa gundah dengan segala hal, macet, rem blong dan sebagainya.
Hingga akhirnya pukul 20.30 wib aku masih ada di pertigaan Jambul ( Kali Bata ) itu berarti waktu tinggal setengah jam lagi sedangkan perjalananku masih jauh. "Ngebut" itu sangat tidak mungkin, selain motorku sudah tua, rem kendaraanku juga tidak mendukung. ya sudahlah yang penting aku selamat sampai tujuan dan sama sekali aku tidak ada harapan lain selain kata "selamat". Lancar dan waktu terus berlalu hingga aku harus dihadapkan pada suatu keadaan yang sangat menggugah hati bahkan cenderung menyayat.Tepat di persimpangan lampu merah Matraman, seorang pengemis tua dengan tubuh (maaf) pendek sedang menengadahkan tangannya memohon belas kasihan orang yang ada didalam bajaj.Aku menangis, aku terluka oleh perasaanku sendiri, aku bodoh oleh tingkahku sendiri, aku merasa sangat berdosa karena aku telah mengeluh.Mengapa aku harus mengeluh dengan keadaanku, seandainya harus mengeluh pengemis itulah yang harus mengeluh dengan keadaannya, tentang pekerjaannya, oleh dunia yang harus dihadapinya. Aku hidup dikontakkan yang layak bagaimana dengan dia, aku kerja ditempat yang baik, fisikku sempurna tapi tidak dengan dia.
Kini aku teruskan pejalananku karena lampu sudah berubah warna menjadi hijau, namun rasa bersalah dan berdosa terus menggelanyutiku. Dalam perjalananku masih tetap saja aku menangis karena kebodohanku.
Hingga akhirnya pukul 20.30 wib aku masih ada di pertigaan Jambul ( Kali Bata ) itu berarti waktu tinggal setengah jam lagi sedangkan perjalananku masih jauh. "Ngebut" itu sangat tidak mungkin, selain motorku sudah tua, rem kendaraanku juga tidak mendukung. ya sudahlah yang penting aku selamat sampai tujuan dan sama sekali aku tidak ada harapan lain selain kata "selamat". Lancar dan waktu terus berlalu hingga aku harus dihadapkan pada suatu keadaan yang sangat menggugah hati bahkan cenderung menyayat.Tepat di persimpangan lampu merah Matraman, seorang pengemis tua dengan tubuh (maaf) pendek sedang menengadahkan tangannya memohon belas kasihan orang yang ada didalam bajaj.Aku menangis, aku terluka oleh perasaanku sendiri, aku bodoh oleh tingkahku sendiri, aku merasa sangat berdosa karena aku telah mengeluh.Mengapa aku harus mengeluh dengan keadaanku, seandainya harus mengeluh pengemis itulah yang harus mengeluh dengan keadaannya, tentang pekerjaannya, oleh dunia yang harus dihadapinya. Aku hidup dikontakkan yang layak bagaimana dengan dia, aku kerja ditempat yang baik, fisikku sempurna tapi tidak dengan dia.
Kini aku teruskan pejalananku karena lampu sudah berubah warna menjadi hijau, namun rasa bersalah dan berdosa terus menggelanyutiku. Dalam perjalananku masih tetap saja aku menangis karena kebodohanku.
Ya Allah.. Ampunilah atas segala keluhanku ini, kebodohanku ini, jangan jadikan semua ini menjadi murkaMu Ya Alloh..semua ini adalah rahasia dan palajaran yang sangat berharga yang telah Engkau berikan padaku agar aku bisa belajar dan mengerti tentang kehidupan ini bahwa sebagaimana susahbya hidup yang aku hadapi masih banyak dari makhluk-Mu yang lebih susah lagi..TERIMA KASIH YA..ALLAH, ATAS PELAJARAN HIDUP YANG TELAH ENGKAU BERIKAN, AKU TAHU ENGKAU SANGAT MENGASIHI SEMUA UMATNYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar