Our Blogger Templates Web Design

Kamis, 30 Juni 2011

KISAH SEPATU DALIMIN

                Masih saja tersenyum Dalimin tatkala orang mulai berlalu dari hadapannya. Dia merasa begitu bangga dan tersanjung dengan apa yang sekarang tengah dia sandang. Sepasang sepatu baru, yang hanya sepasang sepatu yang telah merubah penampilan Dalimin hari ini dan hari mendatang. Sepatu yang membuatnya begitu terlihat elok dan perkasa. Dan entah telah berapa banyak pujian yang terlontar demi mengagumi sepatu yang tengah menghiasi kaki-kaki Dalimin.
                Kini masa telah berganti masa. Musimpun telah terlewati silih berganti. Alam juga telah menggantikan peranannya dari yang muda menjadi tua sedangkan yang tua menjadi tiada. Daun-daun pepohonanpun telah mengalami berkali-kali masa tumbuh dan berkembang lalu mati. Demikian halnya yang telah terjadi dengan sepasang sepatu Dalimin yang dulu begitu indah telah berubah lusuh kotor dan ada sedikit lobang pada bagian ujung depannya. Sepasang sepatu yang dulu    Dalimin banggakan kini teronggok di sudut sempit pada ruang yang gelap dan menyesakkan terhimpit diantara barang-barang rongsokan yang tidak  lagi terpakai. Kini apalah yang dapat dilakukannya selain terdiam. Seandainya harus marah pada siapa dia harus marah. Apalah haknya untuknya marah toh juga Dalimin telah lama melupakannya dan telah menemukan penggantinya yang jauh lebih kuat. Mungkin inilah yang dikatakan dengan kodrat alam dimana yang baru menggantikan yang lama. Yang hidup menggantikan yang mati dan seterusnya.
                   Dalam kesendiriannya sepasang sepatu Dalimin mulai mengerti apa yang dikatakan dengan kesendirian, kesendirian disaat sudah dianggap tidak layak, disaat dianggap sudah lusuh dan tua. Dan  dalam kesendirian itu pula sepatu Dalimin telah menemukan satu arti hidup bahwa cinta itu mampu berubah dan merubah, namun cinta tak mampu merubah peranannya bahwa kita pun pernah berguna. Sebagaimana sekarang sepatu Dalimin pun pernah berjasa dan perkasa  bahkan sekarangpun dalam kondisi tua dan lusuh masih berjasa karena mampu memberikan peranannya bagi yang lebih muda. Artinya bahwa sesuatu dikatakan muda karena ada yang tua, dikatakan kayak arena ada yang miskin, dikatakan perkasa karena ada yang lemah, dikatakan cantik karena ada yang jelek, dan seterusnya. Inilah arti hidup yang mampu diterima oleh kedua sepatu Dalimin bahwa yang “kurang” tidak seharusnya meratap, begitu juga yang “lebih” tidaklah seharusnya menjadi sombong karena semua sudah menjadi perannya dalam mengarungi bahtera kehidupan. Dan tersadar kalau “semua dari tanah dan akan kembali ketanah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar