Allah berfirman dalam Al-Quran surat Lukman ayat 22, yang Artinya.
“Barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada allah sedangkan dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang kokoh .Dan hanya kepada Allah lah kesudahan segala urusan “
Yang dimaksud dengan berserah diri ialah menyerahkan jiwa seutuhnya kepada Allah dengan keyakinan penuh bahwa dia yang Maha Suci dan Maha Pengatur pasti memilihkan yang terbaik bagi manusia. Berserah diri bukanlah berarti mengabaikan usaha tetapi jusru harus berupaya sekuat kemampuan yang ada. Gambaran orang yang berserah diri adalah seperti orang yang menggantungkan jiwanya pada Arasy Tuhan, sementara kaki nya menapak dibumi. Orang yang berserah diri, ikhlas menerima segala ketentuan -musibah ataupun nikmat- yang dipilihkan Allah baginya. Yakin bahwa Dia yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan mungkin bertindak sewenang-wenang ataupun menganiayai hamba-Nya.
Untuk dapat berserah diri, diperlukan sikap mental dan positif. Dasarnya yaitu, Kita harus selalu berprasangka baik kepada-Nya. Meyakini, bahwa ketentuan apapun yang tetap kan-Nya bagi kita, merupakan pilihan yang terbaik, yaitu sejalan dengan doa yang selalu kita mohonkan pada setiap shalat ,yaitu ihdinashshirathal mustaqim. Ingatlah kembali penegas Allah dalam surat Al-Anfaal ayat 51,
”Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiayai hamba-Nya.”
Yakinlah, bahwa kejadian yang menurut pendapat kita baik, sesungguhnya belum tentu benar menurut kacamata Allah . Demikian juga kejadian yang kita anggap buruk, belum tentu salah dalam pandangan Allah. Pengalaman telah banyak membuktikan, dibalik kejadian buruk yang menimpa, terhadap hikmah yang berharga. Allah menegaskan hal ini dalam surat Al-Baqarah Ayat 216:
“ Boleh jadi kamu membenci sesuatu , padahal kiamat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Seorang ahli hikmah mengatakan “Janganlah kita memusatkan pandangan hanya pada tahi lalat yang ada di wajah seorang; karena tahi lalat itu pasti akan nampak buruk; tetapi pandanglahwajah orang itu secara keseluruhan, kita akan melihat justru tahi lalat itulah yang menjadi unsure pertama kecantikan atau ketampanannya!”
Bagi orang yang berserah diri, Allah telah berjanji dalam Al-quran surat Ath-Thalaq Ayat 3 :
“Barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya (memeliharanya).”
Demikian Rasululah saw. dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Akhamad , Tirmidzi, Nasa`I, Ibnu Majah, dan Ibnu Hiban, bersabda:
“Jika kalian berserah diri kepada Allah dengan sebenar benarnya taqwa, niscaya dia menjamin rezekimu sebagaimana dia menjamin kebutuhan burung yang terbang di waktu pagi dengan perut kosong ,dan pulang di waktu sore dengan perut kenyang.”
Kita akan mudah berserah diri, bila kita haqqul yaqin bahwa kehidupan di dunia ini adalah kehidupan awal . kehidupan yang amat singkat . kehidupan yang penuh dengan kesenangan yang menipu, yaitu sebagaimana yang dimaksud Allah dalam Al-quran pada surat Hadiid ayat 20.
Adapun indikator keberhasilan dari berserah diri, yaitu tidak adanya rasa was-was, khawatir ataupun kecewa; tetapi yang ada adalah ucapan yang penuh rasa syukur ‘alhamdulillah’ ataupun penuh rasa ikhlas ‘innalillahi wa innaillahi rojiun’; sejalan dengan firman-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 112 :
“….barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”
Jelaslah bagi orang yang berserah diri, ia tidak akan mengeluh atau protes kepada Allah atas ketentuan yang ditetapkan kepadanya. Tindakan yang dilakukannya hanya semata-mata karena taat mematuhi perintah-Nya belaka. Dia berlaku baik, bukan sebagai balasan karena orang berlaku baik kepadanya; tetapi kebaikan itu dilakukannya semata-mata karena Allah memerintahkannya untuk berbuat bebajikan. Pandangan bathin telanjang sebagaimana adanya, tidak ada buruk sangka. Lirikannya tanpa disertai emosi. Jiwanya tidak terguncang oleh adanya stimulant baik yang berasal dari dalam jiwanya sendiri, maupun yang berasal dari lingkungannya. Dia dapat merasakan kaya tanpa harta, sakti tanpa ilmu.
Kunci agar dapat berserah diri kepada Allah yaitu kita harus selalu berprasangka baik kepada-Nya. Berusahalah dahulu dengan segenap kemampuan yang ada, kemudian serahkan ketentuan hasilnya kepada-Nya. Apa pun hasil yang diperoleh dari usaha kita itu, yakinlah itu merupakan yang terbaik atau yang paling sesuai dengan kebutuhan kita saat ini, yaitu sejalan dengan ihdinashshirathal mustaqiim yang selalu kita minta pada setiap shalat. Hendaknya pula kita ingat, bahwa musibah yang menimpa bukanlah untuk ditangisi, tetapi merupakan isyarat dari-Nya agar kita segera berbenah diri, melalukan instospeksi adakah aturan main-Nya yang kita langgar. Hal ini selaras dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 49, yang artinya :
“…bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan musibah kepada mereka disebabkan sebagaian dosa-dosa mereka…..”
Dan surat An-Nisaa’ ayat 79 :
“Apa saja nikmat yang amu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri…..”
Dengan berserah diri, insya Allah, kita akan terhindar dari segala macam bentuk kekecewaan. Terlebih lagi, urusan kita yang lain pun akan di mudahkan-Nya.
Demikiankanlah yang dapat disampaikan pada kesempatan kali ini, mudah-mudahan kita mampu untuk menjadi umat Muhammad yang selalu berserah diri kepada Allah, menggantungkan harapan hanya kepada Allah, serta meyakini bahwa Allah itu tidak kejam. Ia memutuskan segala sesuatunya sesuai dengan kebutuhan yang terbaik bagi kita. Apalagi, jeles-jelas Rasulullah saw telah beramanat kepada kita,”Janganlah kamu mati melainkan baik sangka terhadap Allah.” Kurang lebihnya mohon dapat dimaklumi dan dimaafkan.
Billahi taufiq walhidayah, wassalam’alaikum warahmatullahi wa barakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar