Demi menjaga kestabilan antara pikiran dan perbuatan dapatlah kita cermati kalimat pendek diatas, namun sungguh mulia apabila kita berada pada koridor-koridor tindakan kita yang benar.
Sebagai contoh mudah adalah, kita biarkan saja apabila seseorang membuang sampah disembarang tempat jikalau kita sendiri masih membuang sampah tidak pada tempatnya. Bijaksananya adalah melarang diri kita dulu untuk membuang sampah pada sembarang tempat barulah kemudian kita dapat menganjurkannya pada orang lain berbuat yang sama dengan apa yang telah kita lakukan. Dengan kata lain kita tidak mengolongkan diri kita termasuk dalam golongan orang egois yang cenderung hanya memaksakan keinginan atau kehendak kita terhadap orang lain tanpa melihat kedalam diri kita bagaimana sesungguhnya tindakkan kita.
Jadi dari pernyataan tersebut diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa alangkah lebih baiknya jika kita berbuat baik terhadap diri sendiri sebelum kita menerapkannya pada individu-individu yang lain.
Banyak sekali kita telah melihat dan kita alami dalam keseharian kita para pembuat dan penegak peraturan justru adalah orang yang melanggar peraturan yang telah dibuatnya sendiri yang diperuntuk an bagi orang lain. Ironis nya bagaimana pelanggaran itu dilakukan tanpa perasaan malu atau perasaan bersalah ketika masyarakat sudah mengetahui apa yang telah diperbuatnya. Sungguh malang negeri ini apabila penghuninya dan bahkan pemimpinnya hanya bisa membuat peraturan tanpa pernah menjalankan peraturan yang telah di buatnya untuk diri mereka sendiri karena perasaan aman sebagai petinggi kekuasaan dan bahkan mereka melanggarnya dengan berjuta dalih pembenaran.
Tidak dipungkiri lagi bahwa kecenderungan yang ada pada diri setiap individu adalah sifat egois dibandingkan sifat-sifat yang lain dimana sikap keakuaannya lah yang lebih ditonjolkan. Ada perasaan dimana Ia ingin dihormati tanpa pernah menilai kebaikan orang lain, ingin di agungkan namun mengecilkan nilai kemanusiaan dengan orang lain, Ia ingin disanjung tetapi meremehkan orang lain.
Rasulullah telah mengajarkan banyak tentang bagaimana menghormati orang.
....Apa yang di berikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah....
Al-Hasyr : 7
Menghargai dan menghormati dalam prakteknya pada kehidupan kita bahwa tidak ada seseorang yang menjadi rendah derajat dan kedudukannya saat dia mampu menghormati orang yang dianggap lebih rendah derajat dan kedudukannya yang justru kasta yang manusia agungkan tersebut hanya datang dari manusia sendiri yang atau semata-mata menganggap kedudukannya lah yang tertinggi, karena dimata Allah derajat maupun kedudukan manusia adalah sama. Di saat kita mampu menghargai orang lain justru di situlah letak dimana kita mampu merasakan tingginya kasih Allah yang ada dalam diri kita karena kita sanggup berbagi tanpa didasari oleh sikap keangkuhan atau keinginan untuk di sanjung.
"Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulllah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat."
Al-Ahzaab : 21
Sebagai contoh pernah Rosulullah melepaskan sorbannya sebagai tempat duduk nenek tersebut demi mendengarkan seorang nenek bercerita tentang cucunya. Apakah dari contoh diatas membuat diri Rosul menjadi rendah, menjadi hina dimana seorang raja mau berbagi cerita dengan seorang nenek, namun justru sebaliknya yang terjadi dengan kerendahan hati dan kearifan yang Rosul miliki telah meninggikan derajat beliau dimata Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar