Pembahasan kali secara umum masih terbilang dari keutamaan Tauhid. Kita angkat tema ini secara lebih khusus karena merupakan keutamaan tauhid yang sangat istimewa bagi para pemeluknya. Tidak semua pemeluk tauhid dapat memperoleh keutamaan maasuk syurga tanpa hizab dan tanpa adzab. Keutamaan ini hanya bagi seorang yang benar-benar merealisasikan tauhid dengan sempurna.
Dalil yang menandaskan tentang keutamaan itu adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Ibnu Abbas radhiyatullahu’anhuma. Bahwasanya Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Telah ditampakan umat-umat kepadaku. Maka Aku melihat seorang nabi yang bersamanya beberapa orang (berjumlah sepuluh atau kurang), seorang nabi yang bersamanya satu dua orang saja dan seorang nabi yang tak seorang pun bersamanya. Tiba-tiba ditampakkan padaku serombongan besar (yang terlihat dari kejauhan). Akupun mengira mereka adalah umatku. Tetapi dikatakan kepadaku,”Ini adalah Musa bersama kaumnya”. Kemudian aku melihat serombongan besar yang lain. Maka dikatakan kepadaku,” Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk syurga tanpa hisab dan tanpa adzab”. Selanjutnya beliau bangkit dan segera masuk kerumahnya. Orang-orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Sebagian orang berkata,”Barangkali mereka adalah para sahabat Rasulullah shallahu ’alaihi wa sallam.” Sedangkan sebagian yang lain berkata,” Barangkali mereka adalah orang-orang yang lahir pada masa Islam. Sehingga mereka tidak penah berbuat syirik kepada Allah sedikitpun”. Berikutnya mereka menyebutkan beberapa kemungkinan yang lain. Mereka memberitahukan perkaranya kepada Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam. Tatkala beliau keluar. Maka beliau bersabda,”Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah meminta diruqyah, tidak meminta dikay, tidak melakukan tathayyur dan hanya bertawakkal kepada Rabb mereka”. Lalu ‘Ukasyah bin Mihshan berdiri dan berkata,”Memohonlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka”. Beliau menjawab,”Engkau termasuk golongan mereka”. Kemudian seseorang ikut berdiri dan berkata,”memohonlah kepada Allah agar aku juga termasuk golongan mereka”. Beliau menjawab,”Engkau telah kedahuluan ‘Ukasyah”.
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,” Ditampakan umat-umat kepadaku”Allah yang Maha Tahu kapan yang demikian ditampakan kepada beliau. Maksud pernyataan beliau bahwa Allah memperhatikan kepadanya perumpamaan saat para nabi datang bersama pengikutnya dihari kiamat nanti.
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,”Maka Aku melihat seorang nabi yang bersamanya beberapa orang(berjumlah sepuluh atau kurang), seorang nabi yang bersamanya satu dua orang saja dan seorang nabi yang tak seorang pun bersamanya.” Pernyataan beliau diatas mengabarkan bahwa yang selamat dari setiap umat hanya berjumlah sedikit. Mayoritas mereka lebih cenderung mengikuti tabiat manusia berupa pengingkaran kepada para Rasul. Akhirnya mereka binasa. Allah berfirman,
Banyak ayat-ayat senada dengan beberapa firman allah diatas dalam Al-quran.
”Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.”
(Al-An’am: 116)
“Dan kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik,”
(Al-A’raf: 102)
“Katakanlah: “Adakah perjalanan di muka bumi ini dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang- orang yang mempersekutukan (Allah)”
(Ar-Ruum: 42)
Orang-orang yang selamat pada hari kiamat nanti walaupun berjumlah sedikit tetapi mereka disebut dengan nama As-sawadul A’zham (golongan yang besar). Sebab mereka meniliki nilai yang besar di sisi Allah meski berjumlah sediikit. Maka hendaknya seorang muslim berhati-hati agar jangan terpedaya dengan jumalah mayoritas. Sampa sebagian orang yang mengaku berilmu mengakui masalah agama seperti keyakinan orang-orang yang bodoh dan sesat. Mereka tak mau menoleh kepada firman Allah dan sabda Rasulnya, (sehingga mereka hanya mengukur kebenaran dengan jumlah mayoritas semata). (Lihat Qurratul ‘Uyun hal. 27-28).
Kebenaran Tidak Diukur dengan Jumlah Mayoritas
Hadits diatas menceritakan tentang seorang nabi yang dibangkitkan pada hari kiamat namun tak seorangpun bersamanya. Maksudnya nabi itu tidak memiliki seorang pengikutpun tatkalaAllah mengutusnya kepada suatu kaum. Allah hendak menegakkan hujjah kepada manusia yang mrengutusnya. Dengandemikian allah mengangkat seluruh alas an, sebab Allah telah menegakkan hujjah atas mereka. (Lihat Al-qoululMufid karya Ibnu Utsaimin 1/94-95).
Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa kebenaran sering berpihak pada jumlah minoritas dan menjauh dari jumlah mayoritas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
”Senantiasa sekelompok kecil dari umatku tampak nyata diatas kebenaran. Mereka tidak dibahayakan oleh orang yang menyilisihi dan menghinakan mereka, sampai datang perintah Allah dalam keadaan demikian.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiyallahu’anhu).
”Senantiasa sekelompok kecil dari umatku tampak nyata diatas kebenaran. Mereka tidak dibahayakan oleh orang yang menyilisihi dan menghinakan mereka, sampai datang perintah Allah dalam keadaan demikian.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiyallahu’anhu).
Syaikh Abdur Rahman bin Hasan Alus-syaikh berkata,” Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
”Maka Aku melihat seorang nabi yang bersamanya beberapa orang (berjumlah sepuluh atau kurang), seorang nabi yang bersamanya satu dua orang saja dan seorang nabi yang tak seorang pun bersamanya.”
Ini merupakan bantahan terhadap orang-orang yang menjadikan jumalah mayoritas sebagai argument (kebenaran)
”Maka Aku melihat seorang nabi yang bersamanya beberapa orang (berjumlah sepuluh atau kurang), seorang nabi yang bersamanya satu dua orang saja dan seorang nabi yang tak seorang pun bersamanya.”
Ini merupakan bantahan terhadap orang-orang yang menjadikan jumalah mayoritas sebagai argument (kebenaran)
Pembahasan ini mengingatkan kita kepada sebuah kesesatan yang tertaman pada system demokrasi. Yaitu menetapkan kebenaran segala sesuatau dengan suara mayoritas. Ini merupakan kesesatan yang nyata tanpa diragukan lagi. Terlalu banyak dalil dari Al-Quran dan As-sunah yang menegaskan kesesatan prinsip demokrasi ini.diantaranya sebagaimana yang telah kita sebut diatas. Ukuran kebenaran adalah wahyu yang Allah tuurunkan kepada nabinya baik berupa A-Quran maupun as-sunnah. Allah berfirman:
”Kebenaran itu adalah Rabbmu, maka jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.”
(Al-Baqoroh:147)
Dalam ayat lain,
”Ikutilah wahyu yang diturunkan kepada kalian dari Robb kalian dan jangan kalian mengikuti wali-wali selainnya.”(Al-A’raaf: 3).
Sebaliknya dalam Al-Quran justru Allah melarang untuk mengikuti kebanyakan orang,
”Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.”
(Al-An’am: 116)
Allah tidak memerintahkan kita untuk mengikuti suara mayoritas. Akan tetapi Allah memrintahkan kita untuk mengikuti kebenaran yang datang dari sisinya walaupun hanya segelintir orang yang berpihak kepadanya. Kita berharap semoga kaum muslim mau meninggalkan system demokrasi yang sesat ini, demi kebahagiaan mereka didunia sebelum akhirat.
Selanjutnya diceritakan oleh Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bahwa dari umat beliau ada tujuh puluh ribu orang yang masuk syurga tanpa hisab dan tanpa adzab Selanjutnya beliau bangkit dan segera masuk kerumahnya.
Sebagian sahabat memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Sebagian orang berkata,”Barangkali mereka adalah para sahabat Rasulullah shallahu ’alaihi wa sallam.” Sedangkan sebagian yang lain berkata,” Barangkali mereka adalah orang-orang yang lahir pada masa Islam. Sehingga mereka tidak penah berbuat syirik kepada Allah sedikitpun”. Berikutnya mereka menyebutkan beberapa kemungkinan yang lain.
Mereka memberitahukan perkaranya kepada Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam. Tatkala beliau keluar. Maka beliau bersabda,
”Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah meminta diruqyah, tidak meminta dikay, tidak melakukan tathayyur dan hanya bertawakkal kepada Rabb mereka”.
”Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah meminta diruqyah, tidak meminta dikay, tidak melakukan tathayyur dan hanya bertawakkal kepada Rabb mereka”.
Hadits diatas menyebutkan tentang sikap para sahabat yang memperbincangkan siapa gerangan yang dimaksud oleh Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam. Ini menandakan keutamaan mereka dalam agama. Mereka bersemangat untuk bermudzkarah tentang ilmu agama. Demikian pula mereka antusias untuk memahami pembicaraan Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam utnuk diamalkan.
Peristiwa ini juga menunjukan kebolehan berijtihad dalam perkara-perkara yang disana tidak terdapat dalil khusus yang selama melakukannya adalah seorang berilmu dan berhak untuk berijtihad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar