Our Blogger Templates Web Design

Minggu, 01 Mei 2011

CERITA WANITA PARUHBAYA


 “Bagaimana mungkin aku bisa menurut pada seseorang yang telah menyakiti perasaanku, aku mungkin bisa menurut pada suami yang setia tapi bagaimana mungkin pada seseorang yang telah mengkhianatiku,” tuturnya tegas penuh dengan kebencian yang memuncak dalam hatinya. “ Lebih baik aku hidup sendiri kalau saja aku tahu semua itu sejak dulu,” sesalnya. Itulah kata singkat yang masih berbekas dalam benakku tatkala seorang wanita paruhbaya coba ungkapkan segenap perasaannya demi terpuaskan dari apa yang telah terjadi dalam perjalanan hidupnya yang penuh liku bersama suaminya yang seharusnya mampu menghidupinya, setidak-tidaknya mampu mencukupi kebutuhannya, melindunginya bahkan membuatnya dia bangga.
            “Aku sudah melakukan segalanya demi dia, aku bekerja demi dia, aku cukupkan segalanya demi dia, tapi coba lihat balasannya untuk aku, dia malah tidur dengan wanita yang lain, dan celakanya lagi dia melakukan semua itu dikamarku sendiri,“ kembali wanita itu ungkapkan perasaannya.  Wanita paruhbaya itu terus saja berbicara tentang kekesalannya, tentang segala kebenciannya terhadap suaminya, tentang segala sesuatu yang bisa membuatnya bisa menumpahkan semua kesal dan sesal mungkin dengan maksud hanya sekedar meringankan beban perasaannya atau mungkin karena dendam yang harus terbalaskan.
Namun aku hanya bisa diam dan mendengar apa yang menjadi keluh kesahnya karena bagaimanapun aku tidak ingin jawabanku nantinya malah membuatnya merasa tertekan atau tersinggung sebab aku tahu bagaimana karakter wanita dihadapanku ini bersama makian-makian yang terus terlontar dari bibirnya. Aku percaya mungkin dengan diam atau mendengarkan apa yang dia katakan mampu melepaskan sedikit kekesalan dalam hatinya. Aku hela nafas dalam-dalam tentang apa yang tengah terjadi. Aku sadari betapa harta sesungguhnya tak mampu membuat seseorang menjadi setia dalam konteks kesetiaan yang tulus dan apa adanya yang timbul dari dalam jiwa dan hati, bahkan sebaliknya harta mampu mengubah seseorang menjadi tidak setia terhadap pasangannya maupun pengabdiannya. Harta mampu mengubah kebanyakan karaker manusia dari sifat sabar menjadi arogan, dari sikap rendah hati menjadi sombong dan seterusnya. Memang kita butuh harta namun janganlah harta membutakan segalanya begitupun dalam meraihnya.
“Ya, sudahlah ! Yang sabar ya ! Insya Allah semuanya pasti apa balasannya, baik maupun buruk perbuatan kita,” jawabanku singkat. Sesaat kemudian wanita itu pun berlalu yang ternyata seorang mucikari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar